Notification

×

Iklan

Pintu Air Dam Irigasi Desa Bambalaga Ambrol Tergerus Banjir, Ratusan Hektare Terancam

| April 08, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-08T04:12:20Z



TREND SULAWESI - Ratusan hektare (ha) areal persawahan di Desa Bambalaga Kecamatan Ogodeide terancam gagal panen. Pasalnya, pintu irigasi yang terletak di desa setempat rusak dan tidak bisa difungsikan lagi.


Salah seorang petani, Umar kepada TREND SULAWESI, Senin (7/4/2025), mengatakan, pintu irigasi yang terletak di Desa Bambalaga itu selama ini menjadi akses mengatur aliran air ke ratusan hektare sawah di kawasan tersebut.


Namun, sejak pintu air itu rusak, sekitar 250 ha areal persawahan penduduk di wilayah itu kondisinya memprihatinkan. 


"Kami sangat prihatin dengan kondisi pintu irigasi itu. Karena jika tidak segera diperbaiki, dampaknya dipastikan sangat besar sebab sawah dalam kawasan ini akan kelebihan air," ujar Umar. 


Umar menyebutkan, untuk areal persawahan di Desa Bambalaga, ada sekitar 250 ha lebih yang selama ini mengandalkan aliran air dari pintu irigasi tersebut.


 "Memang efek rusak irigasi itu sangat berdampak terhadap petani. Karena kita sangat bergantung dari irigasi ini," ungkapnya.


Salah satu penyebab pintu irigasi itu tidak berfungsi, beber Umar, dikarenakan Klep air untuk mengatur keluar masuknya air rusak sehingga berakibat saat banjir. 


"Kami berharap, instansi terkait bisa melihat langsung kondisi pintu air yang ada di wilayah kami ini. Agar dalam penggarapan lahan ke depan, tidak mengalami keterlambatan pada saat sudah mulai musim turun ke sawah," harapnya.


Sementara itu, Wakil Ketua Komisi B DPRD Tolitoli Taufik yang meninjau langsung kondisi pintu irigasi di Desa Bambalaga mengatakan, pihaknya akan membahas bersama tim teknis OPD terkait untuk diperbaiki kembali. 


"Sekarang kita turun. Terima kasih atas informasinya di sosial media. Nanti kita akan lihat sejauhmana kerusakan pintu air itu. Jika memungkinkan, secepatnya diperbaiki. Nanti persoalan ini juga akan kita koordinasikan dengan Dinas PUPR," kata Taufik. 


Ia juga menyebutkan, lahan persawahan yang bisa di olah sampai hari ini hanya sekitar 50 hektar sementara 200 hektare lainnya terbengkalai akibat air melebihi kapasitas. 


"Jika tidak segera ditangani, potensi dampak cukup besar, walau saat ini belum signifikan karena sudah mendekati masa tanam," jelasnya.

×
Berita Terbaru Update