TREND SULAWESI - Ratusan hektare lahan persawahan di kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli tepatnya di Desa Ogewele dan Desa Lais terancam gagal panen akibat rusaknya saluran irigasi.
Bukan hanya satu kali,saluran irigasi di kawasan tersebut telah berulang kali diperbaiki secara swadaya oleh masyarakat setempat agar sawah tidak sampai kekeringan yang mengakibatkan tanaman padi mati.
Menurut Dino yang merupakan petani setempat, ratusan hektare persawahan di kawasan itu sekali panen mampu menghasilkan ratusan ton gabah.
Namun kondisi irigasi yang kerap mengalami kerusakan dan hanya mampu diperbaiki seadanya oleh masyarakat sendiri di khawatirkan tanaman padi tidak maksimal tumbuh dan hasil panen pun dipastikan menurun
Bila kondisi ini dibiarkan saat musim kemarau, dikhawatirkan petani tidak akan lagi menanam padi
"Perbaikan sementara kami lakukan swadaya agar air masih bisa mengairi sawah sementara.Tapi jika tidak segera diperbaiki permanen maka 320 hektare sawah petani terancam maka kemungkinan pasokan beras untuk masyarakat bisa terganggu,"ujar Dino saat diwawancarai dilokasi irigasi yang rusak parah, Rabu (05/03/2025).
Dino berharap Pemerintah kabupaten (Pemkab) Tolitoli dapat segera membangun atau memperbaiki saluran tersebut agar petani tidak lagi khawatir irigasi yang mereka buat seadanya tersebut kembali ambruk.
"Kami sangat berharap agar bisa dibangun secara permanen lagi. Sebab selama ini kami hanya menggunakan karung dan patok saja untuk menghadang air agar tetap bisa masuk mengaliri sawah kami," harapnya.
"Bagaimana mau swasembada pangan pak, kalau infrastruktur jaringan tanaman kita rusak begini," Keluhnya.
Keluhan juga datang dari petani lain, Joli warga Desa Lais mengungkapkan Kerusakan ini menghambat aliran air dari irigasi sekunder ke lahan persawahan. Saat para petani membutuhkan air untuk mengisi bulir padi, justru pasokan air tidak sampai karena infrastruktur yang rusak.
"Dampak kerusakan ini sangat nyata. Air dari irigasi sekunder memang ada, tapi tidak bisa mengalir ke sawah. Akibatnya, setiap musim gadu, sawah-sawah di dia desa ini hampir gagal panen total," ungkapnya.
Dari laporan yang dihimpun, kejadian gagal panen akibat kerusakan irigasi ini telah berlangsung selama bertahun-tahun berturut-turut. Tanpa perbaikan infrastruktur, ketahanan pangan masyarakat terus terancam.
Menanggapi keluhan masyarakat, Wakil Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tolitoli, Taufik. SE menyoroti saluran irigasi yang rusak dan mengancam petani sawah di daerahnya.
" Kita bicara swasembada pangan, tapi tanpa air yang cukup, itu hanya jadi wacana. Kerusakan irigasi Ini harus segera diatasi, kalau tidak akan mengancam ratusan hektare sawah petani, sekarang saja 100 hektare lebih diprediksi gagal panen karna padi kita masih membutuhkan air yang cukup dan jika tidak di perbaiki dari sekarang tentu akan berdampak pada jadwal tanam April-september nanti ," kata Taufik, di areal sawah petani.
Menurutnya, tata kelola sumber daya air sebagai tantangan utama. Ia mengungkapkan bahwa banyak air dari dataran tinggi terbuang sia-sia ke laut karena kurangnya saluran irigasi yang memadai.
"Disisi lain Kabupaten Tolitoli mendukung program swasembada pangan nasional yang ditargetkan tercapai pada 2028. Di lain sisi tata kelola air belum baik," ujarnya.
Padahal, dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki, Kabupaten Tolitoli berpeluang besar bisa mencukupi kebutuhan dasar masyarakat di wilayahnya tanpa harus mengimpor dari Kabupaten tetangga.
"Potensi Kabupaten Tolitoli sangat menjanjikan. Dengan lahan sawah yang luas dan dukungan dari sektor perkebunan, kami optimistis daerah ini bisa menjadi pilar penting dalam mewujudkan swasembada pangan," ungkap Taufik.
Taufik yang juga Ketua KTNA Kabupaten Tolitoli mendesak pemerintah daerah untuk memprioritaskan pembangunan dan perbaikan saluran irigasi, tidak hanya untuk pertanian tetapi juga sebagai solusi mengatasi banjir musiman.
" Harus segera diatasi perbaikan irigasi nya, yah kalau tidak 320 hektare lebih ini akan terancam, " Jelasnya.