TREND SULAWESI - Pemerintah Desa Kinopasan, Kecamatan Galang, Kabupaten Tolitoli, resmi membentuk Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) pada Rabu (22/10/2025). Pembentukan KMPB ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi berbagai potensi bencana alam.
Kegiatan yang berlangsung di Aula Kantor Desa Kinapasan tersebut dihadiri langsung oleh Kepala BPBD Tolitoli, Ir. Abdullah Haruna, S.Pt, bersama jajaran pemerintah Desa, Babinsa, Bhabinkamtibmas, tokoh masyarakat, tokoh agama, karang taruna, serta tenaga medis setempat.
Kepala Desa dalam sambutannya menyampaikan bahwa inisiatif ini merupakan langkah proaktif pemerintah desa untuk melindungi warganya.
"Mengingat wilayah kita rawan terjadi bencana seperti banjir dan longsor, KMPB ini akan menjadi garda terdepan di tingkat desa untuk memberikan pertolongan pertama dan melakukan evakuasi," ujarnya.
Sebanyak 30 orang relawan dari berbagai elemen masyarakat resmi dikukuhkan sebagai anggota KMPB Desa Kinopasan. Para relawan ini dianggap memiliki peran strategis dalam memperkuat ketahanan lingkungan dan sosial dalam menghadapi berbagai jenis bencana, baik alam maupun non-alam.
“Pembentukan KMPB ini merupakan bagian dari program nasional untuk membangun masyarakat yang siap dan tanggap menghadapi bencana. Melalui pelatihan ini, para relawan dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan dasar penanggulangan bencana,” ujar Abdullah Haruna dalam sambutannya.
Ia menjelaskan relawan KMPB adalah kelompok masyarakat suka rela yang bekerja untuk penanggulangan bencana, termasuk sebelum,saat, dan sesudah bencana.
“ Nantinya setelah terbentuk, mereka berperan dalam mitigasi, kesiapsiagaan, dan bantuan darurat, serta mengkoordinasikan upaya masyarakat dengan instansi terkait,” terang Abdullah.
Ditambahkannya, KMPB ini merupakan salah satu contoh relawan dikabupaten Tolitoli yang bekerja sama dengan BPBD dalam mengoptimalkan mitigasi bencana.
“ Contohnya, sebelum bencana, mereka akan melakukan mitgasi seperti pelatihan dan edukasi masyarakat guna mengurangi resiko, kemudian setelah bencana, berpartisipasi aktif dalam tanggap darurat, memberikan bantuan fisik, dan menyalurkan bantuan,” tambahnya.
Melalui kesempatan tersebut, seluruh peserta diberikan pelatihan khusus terkait teknik Rapid Assessment, yaitu penilaian cepat terhadap dampak bencana, kebutuhan mendesak, dan kondisi lapangan secara umum. Teknik ini dinilai penting untuk mendukung koordinasi yang cepat dan tepat antarinstansi dalam situasi darurat.
“Kemampuan melakukan Rapid Assessment memungkinkan para relawan melaporkan kondisi secara akurat dan segera, sehingga penanganan bencana bisa dilakukan secara efektif dan efisien,” tambahnya lagi.
Kegiatan ini juga diisi dengan simulasi penanganan bencana yang mencakup latihan penyelamatan awal, evakuasi korban, hingga pengelolaan posko darurat. Simulasi ini berjalan dengan lancar dan mendapat apresiasi dari peserta dan aparat yang hadir.