TREND SULAWESI - Tujuh hari sejak kepergian Hijrah, warga Desa Maponu, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, yang ditemukan meninggal pada Sabtu (20/9). Keluarga besar pun menggelar pengajian untuk mengen ang sekaligus mendoakan almarhumah.
Lewat tahlilan ini, keluarga berharap Hijah mendapat ketenangan. Ibu almarhumah bernama Ririn mengenang anaknya yang sangat pehatian kepada keluarga, meski tidak tinggal bersama. Bahkan almarhumah berniat membelikan motor dan membantu membayar sekolah adik tirinya.
Setiap gajian, Ririn juga mengaku selalu dikirimi uang padahal sudah sejak lama tinggal bersama neneknya. Menurut Ririn, Hijrah anak yang baik dan tidak banyak berbicara.
"Apapun itu kalau marah dia hanya diam, tidak pernah bicara kasar, tidak pernah membantah" tambahnya.
Tangisnya pecah saat mengingat anaknya yang dibunuh secara kejam.
"apa salah anak saya, dia hanya menjalankan tugas," cerita Ririn.
la meminta pelaku dihukum seberat-beratnya jika bisa nyawa dibalas nyawa.
Kepala Desa, Kepala Dusun, Pemuka Agama Desa, sampai Pengacara keluarga ikut hadir dan mendoakan almarhumah dalam tahlilan tujuh harian ini.
Perwakilan dari tempat Hijrah bekerja juga datang setelah sebelumnya memberikan santunan sebesar Rp150 juta. Keluarga kembali mendapat dukungan dari PNM yang membantu kebutuhan tahlilan, mulai dari buku yasin hingga perlengkapan lain.
"Kami dikasih bantuan lagi dari perusahaan tempat Hijrah kerja. Terima kasih sekali sudah bantu dari awal saat anak sa ya hilang, ke kepolisian sampai sekarang juga masih dibantu,"ungkap Ririn.
la berharap Hijrah mendapat keadilan setinggi-tingginya.
Kasus ini masih terus dalam proses di Kepolisian. Pelaku yang sebelumnya dijerat dengan pasal 338 terkait pembunuhan, saat ini status tersangka naik dengan pasal 340 sebagai pembunuhan berencana.