TREND SULAWESI – Semangat gotong royong kembali digaungkan di Kabupaten Tolitoli sebagai kunci menghadapi tantangan zaman modern. Pesan ini mengemuka dalam Dialog Interaktif “KITA INDONESIA” yang berlangsung di Gedung Maramba, Jalan Baru Panasakan, Sabtu 23 Agustus 2025.
Kegiatan ini melibatkan tokoh pemuda, pelajar, mahasiswa, aktivis, serta pejabat daerah yang bersama-sama meneguhkan kembali makna gotong royong sebagai identitas bangsa.
Anggota DPRD Provinsi Sulawesi selaku Ketua umum Pemuda Gotong Royong Tolitoli, Fauzan Adzima H. Yahya, S.H, mengingatkan generasi muda untuk tidak bersikap apatis terhadap persoalan sosial.
“Hidup itu harus kuat, sederhana, dan punya makna. Gotong royong adalah contoh nyata, mengangkat rumah tidak bisa seorang diri, begitu pula membangun daerah. Butuh banyak orang, butuh sinergi,” ujar Fauzan.
Dari kalangan pelajar, Luthfia Khairunnisa, Ketua OSIS SMKN 1 Tolitoli, mengajak rekan-rekannya untuk menghidupkan budaya gotong royong di sekolah. Sementara mahasiswa Universitas Madako Tolitoli Wedia menegaskan bahwa gotong royong adalah pondasi kepedulian sosial, termasuk dalam melawan narkoba dan kekerasan di kalangan remaja.
Aktivis LSM GIAK Sulteng, Henri Lamo, SE., menambahkan:
“Stop narkoba, stop kekerasan. Pemuda harus ambil peran positif, dan gotong royong adalah jalannya.”
Sementara itu, Ketua DPRD Tolitoli, Hj. Sriyanti Dg Parebba, menekankan pentingnya menanamkan nilai gotong royong sejak dalam keluarga. Sedangkan Bupati Tolitoli, H, Amran H. Yahya, mengapresiasi kreativitas pemuda Tolitoli yang penuh gagasan.
“Saya bahagia mendengar ide-ide pemuda. Pemerintah daerah akan terus mendukung, karena dari kebersamaan lahirlah orang-orang sukses. Visi kita adalah Amanah Besar, membangun Tolitoli dengan gotong royong,” ungkapnya.
Acara juga dimeriahkan penampilan seni budaya dari Sanggar Seni Elat Bijata SMA Negeri 1 Tolitoli serta hiburan musik oleh Akhirudin Djibu.
Turut hadir Asisten satu Setda Kabupaten Tolitoli, Mohammad Dzikron, SH., M.Si., Kepala RRI Tolitoli Agus, SPT, serta sejumlah tokoh masyarakat dan pemuda daerah.
Dialog “KITA INDONESIA” menegaskan kembali bahwa gotong royong bukan hanya warisan budaya, tetapi kebutuhan nyata di tengah tantangan modernitas. Semangat ini diyakini mampu membawa Tolitoli dan Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.