TREND SULAWESI – Berkarya tanpa batas di tempat yang terbatas, ungkapan ini menggambarkan semangat yang terus menyala dari para Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Tolitoli. Melalui program pembinaan kemandirian di bidang pertukangan kayu dan pengelasan, para Warga Binaan mampu menyalurkan kreativitas dan keterampilannya di Bengkel Kerja Lapas Tolitoli. Rabu, (30/07/2025).
Bengkel Kerja Lapas Kelas IIB Tolitoli saat ini telah resmi terdaftar sebagai Lembaga Pelatihan Kerja (LPK), yang memungkinkan penyelenggaraan pelatihan berbasis kompetensi secara berkelanjutan. Di tempat ini, telah lahir berbagai produk unggulan hasil karya Warga Binaan, di antaranya Bokayong, Kawarbin, dan Binacocografi, yang masing-masing telah memiliki sertifikat merek sebagai bentuk perlindungan hak kekayaan intelektual.
Kepala Lapas Kelas IIB Tolitoli, Bapak Muhammad Ishak, menyampaikan bahwa pembinaan kemandirian melalui bengkel kerja ini bukan sekadar rutinitas, melainkan bagian dari strategi pembinaan yang terstruktur.
“Kami ingin membuktikan bahwa di balik tembok ini, ada karya nyata yang lahir dari semangat perubahan. Bengkel kerja ini bukan hanya tempat pelatihan, tapi juga ruang untuk tumbuh dan berkarya. Diharapkan keterampilan yang diperoleh dapat menjadi bekal berharga bagi Warga Binaan setelah mereka kembali ke tengah masyarakat,” ujar Muhammad Ishak.
Senada dengan itu, Kasubsi Kegiatan Kerja, Frengki, menjelaskan bahwa setiap kegiatan di Bengkel Kerja didampingi oleh petugas. Ia menekankan bahwa hasil karya Warga Binaan tidak hanya dinilai dari sisi produktivitas, tetapi juga kualitas dan orisinalitas.
“Kami selalu mengedepankan kualitas dalam setiap produk yang dihasilkan. Selain membekali mereka dengan keterampilan, kami juga memberikan pemahaman tentang nilai-nilai kerja keras, tanggung jawab, dan profesionalitas. Beberapa produk kami bahkan sudah dipesan oleh masyarakat luar,” jelas Frengki.
Salah satu Warga Binaan yang aktif dalam kegiatan pertukangan, Reynaldo menyampaikan rasa bangganya karena bisa menghasilkan sesuatu yang bernilai meskipun sedang menjalani masa pidana.
“Awalnya saya tidak tahu apa-apa soal pertukangan. Tapi di sini saya belajar dari awal, dibimbing, dan sekarang sudah bisa bikin catur, kaligrafi dan berbagai produk lain yang kami hasilkan dengan bahan dasar batok kelapa. Senang rasanya kalau hasil karya kami bisa digunakan orang lain dan diakui,” ungkapnya penuh semangat.
Melalui pembinaan kemandirian seperti ini, Lapas Tolitoli tidak hanya menjadi tempat pembinaan, tetapi juga menjadi ruang produktif yang menjunjung tinggi nilai kreativitas, kerja keras, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan Sapta Arahan Kepala Kantor Wilayah Ditjenpas Sulteng, Bapak Bagus Kurniawan dalam mendukung 13 Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Republik Indonesia, Bapak Agus Andrianto dan Asta Cita Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto.